Minggu, 06 November 2011

STUDY Al Qur'an dan Al Hadist


You are here: Home  Artikel  Studi Al Qur'an & Al Hadits

Studi Al Qur'an & Al Hadits

Konsep Ta'wil Dalam Islam

E-mailCetakPDF
Oleh
Abdurrahman Mardafi
A. PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah firman Allah (Kalamullah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam dengan menggunakan bahasa Arab. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah metode untuk menjelaskan makna-makna yang terkandung dalam lafazh-lafazh kitab suci tersebut. Metode itu dikenal dalam tradisi Islam dengan tafsir, sebuah metode kajian yang bertujuan untuk memahami ayat-ayat Al-Qur'an. Bidang  kajian tafsiradalah makna lafazh Al-Qur’an, sementara Al-Qur’an sendiri adalah kitab tasyrî’ yang berbahasa Arab, maka metode tafsir tidak dapat dipisahkan dari sumber bahasa dan syari’at.
SELANJUTNYA...
 

Metodologi Studi Al-Qur’an Mohammed Arkoun (Kajian Kritis)

E-mailCetakPDF
Inpasonline, 21/09/10 
Oleh : Badrus Syamsi[1]

A.      Pendahuluan
Al-Qur'an merupakan wahyu Allah dan sekaligus sebagai pedoman atau panduan hidup bagi umat manusia.[2] Banyak ilmu yang lahir dari Al-Qur'an, baik itu yang berhubungan langsung dengannya seperti Ulumul Qur'an, Ilmu Tafsir dan yang lainnya, atau tidak berhubungan langsung namun terinspirasi dari Al-Qur'an seperti ilmu alam, ilmu ekonomi dan yang lainnya. Al-Qur'an menekankan pada kebutuhan manusia untuk mendengar, menyadari, merefleksikan, menghayati, dan memahami. Maka, mau tidak mau Al-Qur'an harus mampu menjawab berbagai problematika yang terjadi dalam masyarakat.[3]
SELANJUTNYA...
 

Qirâ'at Dalam Perspektif Orientalis: Kajian Kritis

E-mailCetakPDF
Oleh: Iskandar Zulkarnaen

A.  Pendahuluan
Dalam studi Ilmu Al-Qur'an dikalangan Orientalis,[i] adanya "keragaman bacaan al-Qur'ân" menjadi satu pintu masuk untuk menggulirkan keraguan terhadap otentisitas teks Al-qur'ân (mushaf Utsmani). Salah seorang orientalis yang termasuk paling awal mengangkat masalah perbedaan qirâ'at dengan ortografi Mushaf Utsmani adalah Noldeke.[ii] Dalam pandangannya, tulisan Arab menjadi penyebab perbedaan Qira'at.[iii]Senada dengan Noldeke, Ignaz Goldziher[iv] juga demikian. Ia mengatakan bahwa qirâ'at teks al-Qur'ân yang berbeda-beda kadangkala mencerminkan satu titik orientasi yang mengingatkan bahwa teks al-Qur'ân yang diterima secara luas sebenarnya bersandar pada keteledoran penyalin teks naskah sendiri.[v] Bagi Goldziher, dibakukannya cara baca serta pembukuan Qur'ân oleh khalifah Utsman bin Affân ra itulah yang memunculkan polemik seputar otentisitas mushaf Utsmânî. Seperti Noldeke dan Goldziher, di dorong oleh motivasi mengumpulkan qirâ'at lemah dan menyimpang, Gotthelf Bergstrasser berupaya mengedit karya Ibn Jinnî dan Ibn Khalâwayh.[vi] Kemudian dilanjutkan oleh Arthur Jeffery,[vii] orientalis asal Australia yang pernah mengajar di American University Cairo dan menjadi guru besar di Columbia University ini, konon ingin merestorasi teks Al-Qur'ân berdasarkan Kitab al-Mashahif karya Ibn Abi Dawud as-Sijistani yang ditengarai merekam bacaan-bacaan (Qirâ'at) dalam beberapa mushaf tandingan' (Rival Codices).[viii] Demikian pendapat Noldeke, Goldziher, Bergstrasser dan Arthur Jeffery.
SELANJUTNYA...
 

Lebih Dekat dengan Al-Hadist dan Al-Sunnah

E-mailCetakPDF
Oleh: M. Masykur Ismail

I. Pendahuluan
            Istilah Hadits dan Sunnah telah digunakan secara luas dalam studi keislaman untuk merujuk kepada teladan dan otoritas Nabi saw atau sumber kedua hukum Islam setelah al-Qur’an. Meskipun begitu, pengertian kedua istilah tersebut tidaklah serta merta sudah jelas dan dapat dipahami dengan mudah. Para ulama dari masing-masing disiplin ilmu menggunakan istilah tersebut didasarkan pada sudut pandang yang berbeda sehingga mengkonskuensikan munculnya rumusan pengertian keduanya secara berbeda pula.
Terakhir Diperbaharui ( Senin, 09 Mei 2011 16:52 )SELANJUTNYA...
 

Sekilas tentang Kajian Orientalis terhadap al-Qur’an

E-mailCetakPDF
Oleh: Dr. Syamsuddin Arif
 Pada tahun 1927, Alphonse Mingana, seorang pendeta Kristen asal Irak dan guru besar di Universiti Birmingham Inggris, mengumumkan bahwa “sudah tiba saatnya sekarang untuk melakukan kritik teks terhadap al-Qur’an sebagaimana telah kita lakukan terhadap kitab suci Yahudi yang berbahasa Ibrani-Arami dan kitab suci Kristian yang berbahasa Yunani (The jawatan-kuasae has surely come to subject the text of the Kur’an to the same criticism as that to which we subject the Hebrew and Aramaic of the Jewish Bible, and the Greek of the Christian scriptures).” Mengapa missionaris satu ini menyeru begitu?
Terakhir Diperbaharui ( Kamis, 14 April 2011 15:35 )SELANJUTNYA...
Halaman 1 dari 4

ARTIKEL TERKAIT

RESENSI BUKU

  • Resensi Buku
  • Resensi Buku

POLLS

Artikel Favorite anda ?
   
Copyright © 2009 www.inpasonline.com design partner Ω klik desain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar